Translate

Minggu, 11 Januari 2015

Harian Rakyat Sumbar. Lembar Sastra Sumbar. Tgl. 10-01-2015








Lupa Jalan Pulang ke Kotamu

Di kotamu panas mengiring desir angin.
Mengikuti kemana pejalan pergi
Gemuruh rindu beradu tatap biskota

Di tujuan mana tempat berpulang
Sedang keringat mengalir perlahan
memberi isyarat pada laut seberang
Yang menyembunyikan kupang di selipan

Mata ini tak terpejam. Takut kehilangan
Pada kenangan sepanjang jalan
Tentang sebuah tugu penyimpan sejarah
Dan makam suci tak henti orang berziarah

Tapi aku telah kehilangan nostalgia
Pada sepotong kata penyambutan orang asing
Atau telingaku telah berbeda tak lagi mencerna
Sebuah kata perpisahan di awal  sebelum aku pulang
Ke kotamu


Bekasi, 2014


Cincin Kawin

Cincin kawin  pertanda musim menjangkau waktu,
sebentar lagi  tertekuk sebaris besi kuning ikatan
setelah itu gerhana perasaan akan bermain
serupa kanak menyaksikan senja muram

Tak ada yang salah hanya gaduh saat terakhir
entah merekat, entah memecah
tentu saja harus ada yang tertinggal
dan  membekas sempurna
:  kenangan.

2014

Gelang Emas

Bulan purnama, bulan pertengahan,
Tinggal kunang-kunang merintih

Di  semilir gerak, diayun rencana
Perawan menghitung ukuran rindu

Di takaran hati terikat gelang
Tak pernah ditawar telah menanda
Tentang angin malu-malu mengiring mendung

2014

 Diam 

Bila angin tak bertiup 
mengering jiwa 
gugur harapan 
tak bisa berucap 
menunggu takdir 
melepuh di hamparan 
dan langit hanya diam 

Sepintas pandang langit 
menghitung hujan yang pernah keluar 
dan maaf aku tak bisa mengingatnya 
karena tak ada lagi angin yang bertiup. 

Bekasi,2014



Gambar ambil di sini : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitu4zgFc0cpqPh7CdDVnEfoq5JH0n5m4hPh7Zl3ERwIpaDguEY5rSWlQ-zp1sJKEAM3jpsAHIqPMMo9LlD__u7Zv1_73L93x0dOjqTkP44pLeG5HuB7iICVg1ymTrXTYR9bGODebQZXdM/s1600/Blue+Horizon.jpg





INDO POS Tgl. 10-01-2015




Kuntilanak 

Bulan menikam sepiku 
mengoyak kebekuan 
hati ini terbakar pada 
ganas rindumu. 

Telah lama angin sampaikan kabarmu 
pada nyanyi rindumu yang mengiris gendang telinga 
menegakkan bulu kuduk. tentang kekasih yang kabur 
dibawa roda gila, ia pergi setelah hempaskanmu 
dalam tanah merah. 

Telah lama ingin seret aku ikuti permainanmu, 
menari diantara sepi malam, 
menyanyi dalam temaram lampu bulan, 
tapi aku takut terbakar, meledak menjadi bintang 
bisingkan malam yang sepi mulanya 
oh aku takut meleleh, 
habis 

Bekasi, 2014

Melepasmu 

Sebaiknya kulepas kulit bawang 
satu persatu 
lalu mengiris-ngiris sepotong-potong 
air mata meleleh, tangan bebekas noda 
aku puas selesaikan satu bagian rasa 
meski pisau tak jadi mengoyak hati 

Baiknya kucabut duri di tangan 
setelah kagumi mawar
yang tak pantas kupegang 
pedih. tangan terluka tapi cukup buatmu 
mengucur di hampar genggamku dan patah 

Aku pamit dari hatimu seperti pengembara 
tak tahu diri. begitu mudah ku lepas pelukan 
hingga tangan tak mau nadahkan kasihan. 
pergi tanpa beban pedih dan bibirmu adalah 
rasa rindu yang tak sempat tercium 

Bekasi,2014


Senja di Pelabuhan Semayang

dalam tenang pantaimu, kuantar gelisah 
dari jauh pelayaran, berteman iring ombak 
dan gemuruh angin selatan.Lajukan pesan 
saat kau singgah di kotaku. 

laju perahu temukan pendar cahya suar 
terselip di sela karang gelap. 'inikah labuh terakhirku' 
terasa pesanmu menjepit arah bagai ikan terjaring pukat 
terpikat rayu pulaumu dan canda pencari ikan. 
oh aku terperangkap di sisi manis semayang 

begitu rapuh aku mendaratkan gelisah.ku tahu 
kau menangkap kelemahanku.hingga tombak 
menusuk leher. pelan-pelan darah mengalir 
menuju arus laut selatan. belayar kembali 

aku menjadi asing di semayang, tanpa kepala 
yang tertimbun ingatan awal. dan tubuh 
bersemayam di rimbun gelisah kotamu. 

Balikpapan,2014

Suatu Hari Di Sepinggan

Sepinggan beribu kesedihan selubungi langit, 
tetes airmata sia-sia.lenyap terserap kering tanah 
hingga aku terbang nuju awan. menghilang lama 

Sepinggan ku telah pergikan seribu catatan 
tentangmu. terkubur di remang bintang dan bulan 
iringi penguburan. tak ada api unggun 
dan hymne kematian. kehilangan wajar adanya 
sebab surya tak sudi buka catatanmu lagi. 

Mungkin badai kelak mengeja 
setiap nyanyi piluku buatmu 
mengalun bagai pendaratan 
terakhir di ujung musim 

Balikpapan,2014




Gambar ambil di sini : http://blog-senirupa.tumblr.com/post/67844640405/surealisme-dan-fantasy-digital-painting-karya