![]() |
https://www.facebook.com/sastra.matabanua/media_set?set=a.310074142481182.100004357964107&type=3 |
Translate
Minggu, 17 Juli 2016
Fajar Sumatera 05 Februari 2016
![]() |
http://jedavu.tumblr.com/post/97251196756/stunning-paintings-by-nielly-francoise |
Selingkuh
Senantiasa aku selingkuhi malam
dengan cumbu pijar warna lampu kota
lalu kulumuri tubuh dalam aneka wangi kejalangan.
Aku tahu tangan akan merayap,
merayap temukan engkau
bersemayam di atap gedung
Bulan memohon pada kukuh gedung agar mengusirku dari pintu lantai pertama.
tapi mulutku terlepas dari busur kembaraku. Meluncur menjadi perintah bagi awan.
Arakan awan menikam bulan lalu penjarakan di ruang asing langit.
Oh bulan menangis sesenggukan, meratap pada pintu pagi
Begitulah aku perlakukanmu pada tiap pertemuan di atap gedung
Aku rasa engkau jatuhkan airmata bagai air terjun di alur jalan kota,
Aku lumuri gedung dengan bening dukamu. Tapi engkau gentayangan
dari tiap atap gedung menggariskan duka pada pendar wajah iklan
Dan aku sibuk membuka wajahku yang pekat berlumur
lalu kubersihkan wangi kota dengan air mata batin
luka menempel di putih hati menjadi noktah warna-warni,
tapi aku akan selingkuhi pijar kota dan merayap mencari engkau.
Bekasi,13-01-2015
Kelahiran Tak Diharapkan
Ingatkah saat lautan
uapkan panas lalu kau ingin
melayang ke langit. Temui bocah
sendirian bermain di awan berpasir
Dia akan kering bila kau tak hadir
punggung mulusnya dijilat matahari
yang tahu dia sendirian, tak berayah dan ibu
rengkuh. Gendong, dan bawa dia ke gundukan awan
yang matahari tak pernah bisa mengejar walau hanya
menyapa saja
Ingatkah uap rindu yang kau layangkan berkumpul di kering awan
mengumpul menjadi telaga.bocah itu tersenyum lalu menyelam
di kedalaman mencari jejak ibunya.
matahari lelah menunggu di tepian dan bulan memanggil dia
Bocah itu menangis tak temukan jejak ibunya
Bocah itu tumpahkan air telaga melacak lagi
jejak ibunya. tapi kosong dan air tertumpah
ke lautan yang surut. Oh dia akan turun ke bumi
menuruni tangga pelangi bila terbit pagi
Ingatkah jika pagi surutkan mimpimu
: mendengarkan rengekan bocah yang melihat pasir pantai
Sebab bocah itu ingin bermain bersama karang
yang menyimpan kepiting nyasar.
Bocah itu ingin menuju laut mengejar ombak
yang pernah membawamu hilang
Bekasi, 21-12-2015
Bila Engkau Pergi
Bila engkau telah temukan dua sayap
engkau pasti pergi seiring mentari
yang ngajak arungi langit.
Engkau melebur dalam angan tak terbatas
lalu berumah di ketinggian mimpi
lepas dari perangkap bumi
lalu waktu buatmu rindukan kembali
pada manisnya.
Kiranya tetes hujan membuka kenangan
engkau yang menghilang menjadi pelangi
berwarna-warni taburkan senyum,
tergaris di langit berikan sedikit damai
namun kau mesti kabur bila mentari muncul
O sedih itu masih menyisa
membanjiri seluruh ruang sepiku
mengendap di lenggang waktu, mengental pekat.
Sudah tak ada lagi secangkir kopi dan ceritamu
di meja buatku di malam ini, di waktu hujan.
Bekasi, 13-01-2016
Ibuku yang Kesepian
Ibuku yang kesepian di hari sore
merintih pilu saat pergiku
bagai angin hantarkan tetes air ke jendela rumah
dia tunggui malam di antara terang bintang
berharap ada kabar memecah sepi hati
Sang bulan telah menelan aku
lalu deru angin enggan memberi kabar
aku terlampau jauh meninggalkannya
tapi kau masih menjaga harapan
Ibu yang kesepian di hari pagi
lihatlah aku pulang, membawa airmata
dari pengembaraan teramat lelah
lalu kusiram pada jiwamu yang layu
oleh waktu. Oh kiranya ibuku bangun
tapi kau sudah terlalu tua untuk menungguku
Bekasi, 25-12-2015
Bapakku
Di atas bumi kesederhanaan kau tanam perhatian
menetes dari setiap harapan yang kau tunggu setiap malam
setelah kami tertidur. Tercurah gerak pada setiap jalan waktu
kau jaga kami hingga tumbuh lalu berbuah
kau rubuh menghilang tertutup rimbun kembang
Kau bapakku goyangkan kerinduan ini
pada malam mengikat ranting semangat ini menjadi kaku
lalu siang mekarkan angan di setiap hembus angin. Kau hanya cerita
terasa jauh tapi kucium bijibiji yang tlah tertanam
oh ku mau tumbuhkan harapan tapi terasa jauh
jauh dari bumi tempat kau menanam
Kau bapak arah waktu buatku lari dari tempatmu berdiri
pergi nuju ufuk terbit mentari. Ada kesepian
diantara panggilanmu. hilang seiring panas cahaya
aku datang padamu dari bumi yang sudah tak sederhana lagi.
Bekasi,17-12-2015
http://www.harianfajarsumatera.com/2016/02/sajak-sajak-fitrah-anugerah.html
Riau Realita 26 Juni 2016
![]() |
https://art.alphacoders.com/arts/view/83216 |
Adakah
adakah yang serupa licin jalan sehabis hujan
sedang hati menyimpan kerikil dan curahan duri
terhujam sepanjang sorot waktu tajam menukik
sedang mata silau pijar lampu jalanan
adakah harapan terhunus sorot langit
rasa luluh melabuhkan tanya pada hati
menyimpan remang. Akhirnya berseteru
bertalu menabuh tiada habis. Di pucuk meretak
adakah pandang mengenang kesia-siaan
sungging tertahan di tatapan kosong
sedang mimpi tak menyimpan retakan hati
genting nuansa. Gugur tak diharapkan
Bekasi, 2016
Meditasi
semuanya terungkap dalam labirin malam,
gelap lebih dari pikiran yang mati
sedang kita saja gugup memaknai nuansa
diri tercekat, tak kuasa mengucap
yang ada hanya mendiamkan pandangan
dengan gumam semakin tak berujung arah
mungkin terpikir murung, mengecil menjadi hening
sementara semesta mengarti lain, menegur-sapa
ke segenap lubuk hati. terasa ringan, entah terbang?
atau menukar angin dengan waktu hampa
Bekasi, 2016
Pemabuk dan Sebuah Taman
seonggok botol sisa kau mabuk semalam
tercecer bungai merangkai satu-persatu kata pilu
dengan muka pedas kau mengutuki burung
yang tak bersahabat dengan mata setengah meredup
“apakah kau meletakkan mimpi kota?”
cercaanmu berlalu dengan sedih. sedang lampu menjelma
patung penghias lelah. lalu ruap-ruap kantukmu
menjelma aku menjadi bayang merasuk ke dalam matamu
sekiranya kehadiran lebih mencekam sebelum tidur
aku ada seakan puisi yang terjaga menjelang pagi
Bekasi, 2016
Sebelum Aku Menyepi di Pinggir Tubuhmu
Sebelum aku menyepi di pinggir tubuhmu
izinkan aku mengunci pintu gerbang kelelakian
- bisa saja seekor ular menyusup sekejab
memelukmu dalam lengah
Kau akan tahu tak ada riuh sesudah terkunci
desis terhalang rekat bambu
kita merasakan sunyi tanpa ngilu
hanya mengalami liar angin mendekam di daun
membuatkan sayap; menerbangkan setiap helai di awang-awang
Tubuh cukup menunggu bila jatuh diam-diam
seperti airmata kembali berumah
dan aku ingin menyepi di pinggir tubuhmu
Bekasi, 2016
Cerita Cinta
Pernah kupatahkan cinta. Di saat cinta telah bersayap sempurna. Dan telah menjangkau sudut-sudut tabu. Melewati perbatasan waktu. Hingga menghiasi hamparan langit.
Pada cinta yang sudah kupatahkan dengan pisau dapur. Terberai melantai. Tanpa kucur darah. Tanpa tangis keluar terlepas. Memasuki lubang-lubang pembuangan. Sepertinya menjelma hantu. Kelak gentayangan antara bau busuk dan wangi. Rasanya akan menyusup dalam ingatan. Dan bayangan masa lalu.
Cinta yang terkenang dan berakhir. Perlahan terkubur dalam kibas udara kamar. Sementara lukisan air mata ini menjelang pudar dipendar cahaya. Tak ada rintihan tenggelam di alun nada riang. Ingatan tentang menjadi keraguan di antara hitam-putih dinding.
Sebentar lagi. Ya sebentar lagi akan berdiam sepi. Tanpa menyesali pertemuan. Hanya isyarat dari malam yang menua. Dan nyamuk yang terkapar tanpa sayap.
Bekasi, 2016
Sentimentalia
Ada kebuntuan di antara kesetiaan
Dan pengembaraan pikiran kosong
Hiruk-pikuk tenggelam jalur gelap
Prasangka menimbun. Oh sia-sia
Seperti senja lindap dalam pepohonan
Aku mengawal serangkaian upacara kebengisan
Bulan memanggil arwah srigala dan leluhur
Sedianya berpesta-pora di perbatasan
Aku menghitung berapa kesunyian lenyap
Terbawa gerombolan penyamun. Oh malam ini
Menuju puncak gelisah. Sedang layar telah terbentang
Sebentar lagi meninggalkan aku yang tertambat
Pada sebuah karang
Bekasi. 2016
http://riaurealita.com/mobile/detailberita/2844/puisipuisi-fitrah-anugerah
Langgam Sumut Pos 03 Juli 2016
![]() |
http://venlifsvessl.blogspot.co.id/2012/03/gambar-naturalisme.html |
Pengharapan
sebelum kuntum terbuka
menggeliat daun menyatakan
ruas-ruas kembang santun terpandang
ranting dari jengah tak terpatah serasa
menyimpan aliran air dalam perigi panjang
tersembunyi dari sangka merapuhkan
sebagaimana kata melalui tanpa sangkut
berbelok pikiran pada nujum dusta
menuju degub jantung memanggil keras
tanpa pupus meski terdesak lantun ayun hati
pengharapan berseteru di antara silau bunga
dan keteguhan tak meretak waktu terpajang.
menggeliat daun menyatakan
ruas-ruas kembang santun terpandang
ranting dari jengah tak terpatah serasa
menyimpan aliran air dalam perigi panjang
tersembunyi dari sangka merapuhkan
sebagaimana kata melalui tanpa sangkut
berbelok pikiran pada nujum dusta
menuju degub jantung memanggil keras
tanpa pupus meski terdesak lantun ayun hati
pengharapan berseteru di antara silau bunga
dan keteguhan tak meretak waktu terpajang.
Bekasi, 2016
Suara
dari jauh suara memanggil
menyisir ke paling tepi tebing
hampir jatuh.meraba batu-batu
kesunyian menghangat
dan kesendirian yang dipunya
gugur satu-satu, melahirkan puisi
tidak dengan sia-sia, membenamkan jerit
mungkin merasuk dan membuka diam-diam
melebarkan batas tak jelas untuk sesuatu
yang patut dibisikkan hingga mencermati
dalam keliaran berlalu kembali tak ada
menyisir ke paling tepi tebing
hampir jatuh.meraba batu-batu
kesunyian menghangat
dan kesendirian yang dipunya
gugur satu-satu, melahirkan puisi
tidak dengan sia-sia, membenamkan jerit
mungkin merasuk dan membuka diam-diam
melebarkan batas tak jelas untuk sesuatu
yang patut dibisikkan hingga mencermati
dalam keliaran berlalu kembali tak ada
Bekasi, 2016
Senja di Pasar Tambun
berita ekonomi di koran kumal
telah terbaca petugas pasar
membungkus jasad lalat hitam
yang mati menghirup busuk bawang
telah terbaca petugas pasar
membungkus jasad lalat hitam
yang mati menghirup busuk bawang
jerit bakul terlepas di lorong-lorong pasar
menanda akhir terasa sia-sia menaruh hati
buat waktu yang menyusut begitu mengerikan
bagai kering cabai merah di temaram lampu
melenyap tanpa pesan
menanda akhir terasa sia-sia menaruh hati
buat waktu yang menyusut begitu mengerikan
bagai kering cabai merah di temaram lampu
melenyap tanpa pesan
tangan telah lama menampung muntahan kerugian
hingga sosok gelap bunyikan kaleng kosong
memanggil orang-orang di lapak sepi
dan saatnya berpulang sebelum petang
menggoreskan bayangan suram buat esok
hingga sosok gelap bunyikan kaleng kosong
memanggil orang-orang di lapak sepi
dan saatnya berpulang sebelum petang
menggoreskan bayangan suram buat esok
Bekasi, 10-06-2016
Cerita Sunyi Semalam
Sengaja aku gelayutkan sepasang cerita di atap rumah gelap. Kau tahu sendiri, aku tak begitu suka pada gantungan lampion di beranda. Mengingatkanku pada jejak kunang-kunang yang menerka usia leluhur. dan aku enggan menafsirkan sendiri kilapnya dalam remang.
Buat itu aku membakar serbuk wewangian, ditambah menjaga terang lilin. Selepas itu harapan memaksa sunyi, keluar dari persembunyian. Tak peduli bila malam-malammu terganggu keberisikanku mendengungkan mantra.
Aku ingin pulang, setelah rangkaian sunyi tersusun. Menjelang pekat pagi. Kupikir hatiku akan melayang serupa sepoi angin. Tak peduli pada gaduh yang mengenang peristiwa semalam. Aku telah cukup mengambil sebagian.
Bekasi. 2015
Pengembara Hati
Aku mengumpulkan serakan daunan
Di setiap jalanan yang telah dijejaki rembulan
Berapa jumlahnya tak pernah terhitung
hanya penuhi kosong keranjang
Di setiap jalanan yang telah dijejaki rembulan
Berapa jumlahnya tak pernah terhitung
hanya penuhi kosong keranjang
lalu menghindar dari sapa peronda malam,
sebab pasti menangkap gelagatku
dan menahan dalam rumah sunyi,
tanpa terjangkau isyarat rembulan
sebab pasti menangkap gelagatku
dan menahan dalam rumah sunyi,
tanpa terjangkau isyarat rembulan
hingga pecah bunyi kentongan terakhir
: Ah pengembaraanku belum berakhir kawan.
: Ah pengembaraanku belum berakhir kawan.
Bekasi. 2016
Langganan:
Postingan (Atom)