Translate

Minggu, 17 Juli 2016

Riau Realita 26 Juni 2016

https://art.alphacoders.com/arts/view/83216


Adakah

adakah yang serupa licin jalan sehabis hujan
sedang hati menyimpan kerikil dan curahan duri
terhujam sepanjang sorot waktu tajam menukik
sedang mata silau pijar lampu jalanan

adakah harapan terhunus sorot langit
rasa luluh melabuhkan tanya pada hati
menyimpan remang. Akhirnya berseteru
bertalu menabuh tiada habis. Di pucuk meretak

adakah pandang mengenang kesia-siaan
sungging tertahan di tatapan kosong
sedang mimpi tak menyimpan retakan hati
genting nuansa. Gugur tak diharapkan

Bekasi, 2016



Meditasi

semuanya terungkap dalam labirin malam,
gelap lebih dari pikiran yang mati
sedang kita saja gugup memaknai nuansa
diri tercekat, tak kuasa mengucap

yang ada hanya mendiamkan pandangan
dengan gumam semakin tak berujung arah
mungkin terpikir murung, mengecil menjadi hening
sementara semesta mengarti lain, menegur-sapa
ke segenap lubuk hati. terasa ringan, entah terbang?
atau menukar angin dengan waktu hampa

Bekasi, 2016



Pemabuk dan Sebuah Taman

seonggok botol sisa kau mabuk semalam
tercecer bungai merangkai satu-persatu kata pilu
dengan muka pedas kau mengutuki burung
yang tak bersahabat dengan mata setengah meredup

“apakah kau meletakkan mimpi kota?”

cercaanmu berlalu dengan sedih. sedang lampu menjelma
patung penghias lelah. lalu ruap-ruap kantukmu
menjelma aku menjadi bayang merasuk ke dalam matamu
sekiranya kehadiran lebih mencekam sebelum tidur
aku ada seakan puisi yang terjaga menjelang pagi

Bekasi, 2016



Sebelum Aku Menyepi di Pinggir Tubuhmu

Sebelum aku menyepi di pinggir tubuhmu
izinkan aku mengunci pintu gerbang kelelakian
- bisa saja seekor ular menyusup  sekejab
memelukmu dalam lengah

Kau akan tahu tak  ada riuh sesudah terkunci
desis terhalang rekat bambu
kita merasakan sunyi tanpa ngilu
hanya mengalami liar angin mendekam di daun
membuatkan sayap; menerbangkan setiap helai di awang-awang

Tubuh cukup menunggu bila  jatuh diam-diam
seperti airmata kembali berumah
dan aku ingin menyepi di pinggir tubuhmu

Bekasi, 2016



Cerita Cinta

Pernah kupatahkan cinta. Di saat cinta telah bersayap sempurna. Dan telah menjangkau sudut-sudut tabu. Melewati perbatasan waktu. Hingga menghiasi hamparan langit.

Pada cinta yang sudah kupatahkan dengan pisau dapur. Terberai melantai. Tanpa kucur darah. Tanpa tangis keluar terlepas. Memasuki lubang-lubang pembuangan. Sepertinya menjelma hantu. Kelak gentayangan antara bau busuk dan wangi. Rasanya akan menyusup dalam ingatan. Dan bayangan masa lalu.

Cinta yang terkenang dan berakhir. Perlahan terkubur dalam kibas udara kamar. Sementara lukisan air mata ini menjelang pudar dipendar cahaya. Tak ada rintihan tenggelam di alun nada riang. Ingatan tentang menjadi keraguan di antara hitam-putih dinding.
Sebentar lagi. Ya sebentar lagi akan berdiam sepi. Tanpa menyesali pertemuan. Hanya isyarat dari malam yang menua. Dan nyamuk yang terkapar tanpa sayap.

Bekasi, 2016



Sentimentalia

Ada kebuntuan di antara kesetiaan
Dan pengembaraan pikiran kosong
Hiruk-pikuk tenggelam jalur gelap
Prasangka menimbun. Oh sia-sia

Seperti senja lindap dalam pepohonan
Aku mengawal serangkaian upacara kebengisan
Bulan memanggil arwah srigala dan leluhur
Sedianya berpesta-pora di perbatasan

Aku menghitung berapa kesunyian lenyap
Terbawa gerombolan penyamun. Oh malam ini
Menuju puncak gelisah. Sedang layar telah terbentang
Sebentar lagi  meninggalkan aku yang tertambat
Pada sebuah karang

Bekasi. 2016


http://riaurealita.com/mobile/detailberita/2844/puisipuisi-fitrah-anugerah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar