Translate

Jumat, 07 November 2014

PUISI-PUISI FITRAH ANUGERAH DI OASE KOMPAS



Terminal Oso Wilangon

Senja di pinggir kota
gariskan mata duka ibu
mencoret langit biru
kibarkan umbul-umbul jingga
perayaan buat anak
yang terikat janur kuning
di pemberhentian.
Surabaya,23092009

Bulan Di Awal Bulan Lebaran

Bulan berselimut bubuk putih salju
tersimpan dalam toples plastik kaca
kanak-kanak berbaris termangu
melihat ibu menjilati wajah bulan
"inilah hari kemenangan buatmu" kata ibu
kanak-kanak berebut serpih bubuk putih
di gigi ibu
sedang bulan telah ditelan ibu dalam rahimnya.
Surabaya, 21072009

Keganjilan Malam

Keganjilan malam adalah hasratku menebas bulan terpecah jadi 1000 pecahan hingga kau terbangun dari tidur lalu ke luar rumah saat denting pecahan merusak mimpimu tapi kau masih sisakan lelap di ujung mata dan penglihatanmu kabur oleh debu pecahan kau pun melihatku berdiri di atas bukit layaknya panglima yang gagah berkilap pedang terkaget kau hingga menabrak pelepah kurma yang menyimpan burung-burung malam yang terbangun dan marah padamu lalu mematuki kepala dan isi kepalamu terganti ingatan tentang warna bulan dan merubahmu menjadi kucing
Keganjilan malam adalah waktuku menebas bulan terpecah-pecah dan pecahannya kusimpan di kotak parcel hingga burung-burung malam memburunya tapi aku timpuk kepalanya dengan pecahan bulan mereka tersengat oleh kilap cahayanya menusuk mata muncratkan bercak-bercak darah di warna gelap langit kiranya jadi buta dan kesasar pada setiap pelepah kurma di bawah bukit bersembunyi di tiap ranting tapi di sana menunggu kucing-kucing tanpa bayangan kengerian hanya nanar pandangan
Dan kudengar jerit-jerit burung tercabik kucing serasa pesta tanpa pendar lampu tapi aku ingin menyaksikan dan bersaksi buat kejadian itu bersama bintang-bintang yang belum tertidur namun bintang-bintang mengigil ketakutan dan berlari menjauh.
Dan gelap aku ingin bersaksi lalu kuingat matahari tersimpan di balik langit ku katakan padanya tentang bulan yang kutebas terpecah-pecah tapi matahari tak mau keluar hingga kuharus tebas ujung langit munculkan keluar matahari pun beringsut keluar dan menenggak berliter air laut
Itukah air yang berubah kembali menjadi embun menyirami amis hingga kucing-kucing berlarian mencari pecahan bulan yang tercecer kucing-kucing ketakutan kucing-kucing mau berlindung pada bulan sementara aku nyaris tak bergerak di dekap panas matahari menyaksikan kejadian dan mataku berubah mata burung berkembara mencari rumah tak terbayang bila malam nanti bulan akan menggenapkan malam. beribu kucing akan mengganggu mimpiku
Bekasi, 11092009

Petasan Cinta

Kata cintamu meletup di syahdu sahur.
Laksana sebaris malaikat melepas petasan
Di kerapatan malam.
Pecah mengurai segenap unsur
Yang membungkus birahi.
Hingga ragaku berpeluh hangat
mengingat sekejab kata yang terngiang.
Tapi aku dalam rahim sunyi.
Dingin waktu enggan melepas.
Takkan ku bertanya sejauhmana kedatangan katamu.
Sebab nabi pun terkaget mendengar letusan
di depan pintu pertapaannya.
"Iqro'" pesan cintamu terdengar seusai letusan.
Terbayang kelahiran kembali di akhir kegelapan langit.
Lalu jemari matahari akan merobek batas merah cakrawala.
Oh aku akan terlahir dari rahim sunyi.
Terlahir buat mencintai bumi
yang telah kau bentuk.
Bekasi,31082009

Malam-Malam Ketabahan

apa hendak dikata
bila bulan bergeser perlahan
dari tempat kuberdiri
sepertinya bosan dengan diamku
dan tak kuambil ranting kering
buat menarik bayang cahayanya
sebab kilaunya pantulkan sunyi di sekujur kulit
hanya desah nakal angin luruhkan daun-daun kering ini
aku tak menangis untuk kehilangannya
aku telah belajar ketabahan
dari rintik hujan di malam hari
yang menyimpan rinduku
dari ujung kepala sampai matakaki
bekasi, 11092009

Keroncong Sunyi

Bila silau cahyamu sudahlah terbuka pintu
akan tersembul lidah api pada waktu tak kutaksir...
Kutahu segala pilar langit tertunduk terasa ini akhir tapi bukan akhir
Dan bila lidah menjulurjulur menuju batas atsmosfir
Kutahu sebentar lagi awan memecah hujankan sejuta titik panas pada rumah yang pernah kau singgahi
Ah inilah akhir meski kau kata bukan saat terakhir. Hingga kusembunyi dalam inti sunyi. Dalam ruang tak kau pandang.
Dan kutahu rumahku hangus, ragaku kering, kenanganmu terhanyut jalur api. Tapi jiwaku bersembunyi pada taman sunyi dan bernyanyi keroncong. Sesudah kau lelah dalam mencari aku...
10mei2008-10mei2009

Kali Malang 1

menguap nasib orang-orang pinggir kali
pada langit hingga keringat kisahkan
jauh jarak kesedihan terlampaui
beramai orang-orang cuci baju,
beramai cuci celana
tapi hitam telah menembus raga'
mematung di delik mata
dan tangan ini mencelup dalam kali suci
lalu mengusap wajah.kesucianmu tersebut.
oh coba tengok kilau matahari
di hitam kali.
ah ternyata wajah mereka
terhanyut amuk kali.

Kali Malang 2

seperti wali menyusuri hidupmu
setelah keluar dari pertapaan
di atas rakit melihatmu terbujur diam
bagai buaya menghitung alir waktu
yang menuakan wajah
hingga wali menyelam kedalaman diammu
teramat abadi dan kanakkanak berlomba
menuju kediamanmu menangkap mutiara
dalam mulut kakumu tapi kau terlanjur diam
dan setia alirkan rakit sang wali di tengah sungai
dengan hembus wiridmu
lihat orangorang berduyun menumpang rakit sang wali
tapi rakit belum mau menepi, karena tak ada perayaan
menyambut. lalu orangorang menjebur di tepi sungai
memanggil buaya yang masih diam. menepuk-nepuk air
hingga buaya murka dalam pertapaannya.
lihat seribu buaya hampiri mereka namun mereka bersorak
karena sang wali akan datang,sebentar lagi menumpangi rakit,
menuju hulu sunyi. lalu berpeluk dalam gairah buaya.
dengungkan tentang sungai yang memberi mereka abadi
Bekasi, 20032008

Kubayangkan Surga

Kubayangkan surga berangkat temuimu di senja hari.
Dengan langkah tersuruk bagai langkah kereta yang kepayahan.
Dan jejal ratusan keinginan penghuninya.
Lalu engkau simpan surga pada cangkir kopi
Sebab nanti malam engkau akan menghitung jarak surga-neraka.
Bekasi, nov09

Selamat Sore Buatmu

Sepi senja.
Lebay jiwa.
Pergi kereta.
Mengejar surya.
Tak terucap kata pisah.
Tiket terbuang.
Anganku sia-sia.
Sebentar lagi kuterkapar.
Dalam hampa telaga.
Tiada mengenang.
Hanya langit jingga bersaksi kelak.
Bila kupernah tenggelam dalam airmata.
Bekasi, nov09

Hikayat Kucing dan Anjing

Aku melihat dia bagai kucing liar
Menyeret-nyeret tubuh mudamu
Lalu mencabik-cabik dalam kegelapan
Dia pandai telah membaca lengahku
Bagai anjing kesetanan, aku membentak pada dia.
Dia lari aku kejar.Ah dia hanya pecundang.
Pada sunyi mengendap-endap temui engkau
Agar takut tajam taring pendeknya.
Dan dia lari menuju ketiak pengasuhnya.
Aku takut. Aku lunglai.
Sebab wajah pengasuhnya ingatkanku pada kunti.
Oh aku serupa anjing terkapar di pinggir pagi.
Melihat tubuhmu telah dirobek dia.
Darahmu akanlah mengering nanti.
Kujilat-kujilati tubuhmu tetaplah kau kaku.
Aku menjerit. Aku menggonggong.
Rasanya telah keluar sumpahku.
Akan membuat dia bertelanjang.Tak berbulu halus...
Bekasi, 17nov2009

Ledakan Kebencian

Meledak kebencianmu yang tersimpan dalam kaleng cat.
Ah amarahmu yang semburat pada wajahku
Dan plafon pikiranku terwarnai hitam cacimu
Aku tahu lukamu sedemikian mengubah warna hidup.
Hingga dendam, hingga relakan gelap mencampur,
Putihmu telah mengelupas perih dari kesakitan tak berbalas.
Dan meledak sudah meledak kebencian.
Meninggalkan warna menawan dari senyummu.
Terhapus suci airmata dan doa.
Bekasi nov09

Kwetiauw Goreng

Kusajikan sepiring kwetiauw goreng di meja
Dengan sebaran repih-repihan hatiku dalam piring
Hatiku yang kuambil dan kupotong-potong
Lalu kumasak berbaur sulur kuning kwetiauw
dan cuilan bawang merah+putih,
garam, cuka, cabe, kaldu sapi dan lada.
Dadaku bagai wajan penggorengan buat segenap bahan masakan
Api kerinduan percepat mematangkan.Tercium aroma
Yang akan membukakan pintu penjara dalam perutmu.
Kau begitu menyukai.Melahap tandas setiap bagian
Tanganmu telah menangkap diriku dan aku jinak depan mulutmu.
Hingga kau jebloskan aku dalam penjara di perutmu.
Tiada sanggup melepas. Tiada bisa melihat wajahmu
Setelah menelan pedasnya diriku yang kau buang.
Kau marah dan kau curahkan segelas air dingin dalam penjara.
Tercurah penuh menggelontorku.Merendam pedasku
Sebentar lagi kau melepasku dalam genangan air.
Kau mau hanyutkan ku di sulur panjang aliran sungai.
Bekasi, 17nov09

Jejak Cinta

Dia hadjar berpeluh buat ismail.
Berlari-lari pada gersang gurun. Shofa-Marwah.
Kering Pasir pun kemilaukan terik matahari.
Jadi saksi meski dikata fatamorgana.
Itu hadjar membekaskan jejak tapak kaki.
Tak ada duka.Tiada keluh.
Keikhlasan menyertai. Peziarah mengikuti.
Lihatlah peluhnya menjadi kolam cinta
Buat ismail. Buat yang mau menjejakkan kaki
Bekasi, nov09


Rahasia Malam

Pada malam yang penuh rahasia tak terduga
Dan cahya bulan sembunyikan wajah matahari
Kubaca 1000 kata rahasia
di lembar gelap langit
Dan satu-satunya bintang yang tersisa
bawakan bangkai tikus
yang tertikam nanar kucingMu
Aku tahu. Aku tahu...
Aku menemukan di dini hari
saat angin lepaskan embun dari daun
jatuh menimpa bangkai tikus.
Menjadi suci. Dia menjadi suci.
Bekasi, 04102009

Gempa di Hatiku

Mulutmu menggempa di batas diammu.
Menggaungkan maksud yang tak kumengerti.
Dan lidahmu serupa tarian ular laut
Cipratkan air pada mayat tsunami yang berjejer kaku
Lalu terbukalah bibir merah perawanmu seperti mawar merah
tercium semilir aroma kengerian.
Kau kecupkan di telinga desis-desis kematian.
Sekejab saja kau semburkan bongkah-bongkah bisa
Pada lubang telinga.
Meracuni sudut kesadaran.
Aku limbung tak sempat berlari jauh
Sebab tanganmu mendekapku
Tangan yang membuat mengakhiri jerit di mulutku.
Dan aku serupa tiang bendera.
Tegak mengibarkan warna maut.
Tertancap dalam pelukanmu

Bekasi,03092009
Sajak Rujak Pepaya
Seandainya depan rumahmu tumbuh pepaya. dan aku lewat depan pagar lalu kau memanggilku buat petik buah yang matang. Hingga kuambil pipa panjang buat petik buah dari tangkai
Seandainya kau siapkan bumbu rujak secawan lalu kukelupas dan iris sebagian-sebagian. meleleh mata bukan karena rasa pedas namun ucapmu memintaku pertama cicipi.
pepaya merah-rujak hitam, pepaya manis-rujak pedas. hati-hati kau perlakukan sebab sederet bagian adalah rasa laparmu hingga tergigit bagian keras. kau mencerca
bila lunak tergigit terasa ingin menelan. kau tahu burung-burung mudah berkicau setelah memakan manis buah. sempat pula meleleh mata bila pedas mengiring lalu berdesis seperti ular yang terganggu tidurnya
Kenapa sepiring bila kau ingin kenal pedas+manis, sedang matamu berikan isyarat agar aku tak mengiris lagi? rasanya hatimu tak mau berbagi meski kau ingin aku mengambil banyak pepaya.

bekasi, 20092009

Wanita-Wanita yang Dicerai Suaminya

Wanita-wanita yang dicerai suaminya
bertanya pada matahari yang ketukan palu
pada kepalanya. Tentang ingatannya
yang lenyap terganti lingkaran waktu
senantiasa menajam pada pandangan
Lalu menuju pada senja yang kibarkan warna ungu
menjadi pintu kemuraman dengan satu penghuni lenyap.
meninggalkan pertanyaan pada bocah, " dimana bapak"
Wanita-wanita yang dicerai suaminya
bertanya pada bulan yang bangunkan birahi serigala kesepian
lalu mencari jejak yang sudah ditinggal
dan malam pantulkan bayang horor di dinding kusam.
terbayang tanya bocah tak terjawab diiring lolong serigala.
Wanita-wanita yang dicerai suaminya
membuka pintu rumah di pagi,
terkejut melihat nanar serigala
rupanya dia telah bantai ayam jago
"ibu itukah bapak" tanya bocah.
dan kau tancapkan bendera di kepala serigala
kau ingin serigala kabarkan dukamu pada bukit
yang menyimpan bulan dan matahari.

Bekasi, 06092009

Jampi Pelet

Di malam setelah bintang menyimpan keberuntungan. Dan kabut berundakundak menjangkau bulan. Engkau pun menaiki setiap tangga menuju pesanggrahan sang gagak. Setelah dia menyambar jiwa di senja yang berwajah api.
Malam ini dituntaskan upacara gaib. Dengan 7 rupa kembang dan darah ayam yang patah hati dalam belanga perak. Engkau dengungkan mantra pemanggil sang gagak di pertemuan rahasia. Terasa bergumpal seluruh dendam dan keinginan dalam air belanga. Bergumpal memecah wangi 7 kembang dan amis darah. Engkau merindukan dia sang gagak dalam gumpalan yang membumbung di awang-awang pesanggrahan.
Engkau telah terperangkap dalam rengkuh gagak. Dia membawamu pada pekat rimbun kabut. Lalu rebahkan jiwa pada meja bergambar penyihir negeri musa. Dan jiwamu terpotong-potong dalam repihan. Gagak bersorak. Gagak berkoak. Lalu mematuk repihan-repihanmu. Berisi dendam dan keinginan. Terlihat bolamatamu yang telah dicungkil.
Meresap keinginan pada bulu sayap gagak, dan dendam di bulu ekor yang tak pernah luruh. Hingga dia menerbangkan di atap-atap rumah. Kengerian bagi telinga bayi dan cemas buat wajah berkerudung kain putih.
Malam ini dan malam ini akan tuntas bagian akhir upacara. Gagak merontokkan bulu bagai tetes hujan meresap di tanah bolong. Menanamkan dendam dan sejuta keinginanmu. Lalu berdiam pada ruang yang tak terintip waktu. Hingga menjadi pohon berbuah khuldi dan ranting bagai sulur lidah ular.
Dan gagak berumah di dedaunan, melihat engkau yang telah mengambil rusuk perawan lalu kau simpan di pohon itu.
Dan malam ini, engkau tak akan sepi karena ada orang-orang terjaga mencari rusuk yang hilang. Sedang engkau tahu rusuk itu telah dibawa gagak terbang. Dan engkau mendapat upah: sebuah khuldi buat sarapan pagi
bekasi, 21052009

Janda Kembang Pantai Utara

Sudah lama dia terpaku pada lanskap pantai
Pantai yang mengingatkan seorang lelaki
Dari pelayarannya membawa ikan tanpa daging
Hanya kepala, tulang, dan ekor.
Di surut pantai dia rindukan lelaki kuat
yang menimba air dalam sumur berbau pesing
Lalu sirami kembang yang penuh tahi kucing
Layaknya perawan, dia ingin ciumi mekar kembang
Sebentar lagi ada pesta buatnya di depan latar
Dan penghulu tak perlu repot sediakan alasan
sebab sang lelaki kuat telah gantungkan ikan tanpa daging
di atap panggung. Yang menghadap pantai
Dia akan bergoyang kembali di atas panggung
bergoyang buat ribuan kucing yang terpana pada
ikan tanpa daging. tapi kucing-kucing tak mau berlepas
dan bergoyang dengannya. Sebentar lagi ada kesakitan
Kesakitan saat tangan pegang duri ikan. dia menjerit.
darah tertetes tapi dihisap arus purnama di atas pantai.
Cucuran ratap timpa resah kucing. kucing terbirit lari.
kucing tahu akan ada pasang dari jerit tangisnya.
Pasang hilangkan lelaki kuat.
Ternyata lelaki kuat telah karam: pada karang sunyi
Punggung tertoreh lukisan ikan. Dan hiu bisikan di telinga
"pergilah kau di pagi hari. ada yang menunggumu"
dan jadilah lelaki itu sebuah ikan tanpa daging.
Hanya kepala, tulang, dan ekor.
Lalu pagi yang masih malu-malu, dia melambai-lambai
Pada setiap pelayaran yang singgah di pantai.
Telah lama dia berdiri tegak menyanggah malam
dan kesakitan menggumpalkan pasir pada kaki-kaki.
Dan kau lelaki kuat rupanya angin pantai kabarkan bau amismu.
Bekasi, 16052009

Ikan Asin

Di kelengangan aku menemui dia. Tiada permisi menawariku cacing yang tergantung ujung kail. Aku menerimanya.Aku memakannya. Pada mulut tak bisa diam mencecap rasa tawar.
"Tunggu dulu.Jangan bergerak bila tak ingin mulut robek" serunya girang dan tangan menarik senar. Bibir tersenyum,sebentar lagi datang kucing menjilati lendir.Rupanya sudah lama kumis kucing tegak saat melihat kelebat baju perak yang kupakai.
Dia lihai mainkan kumis kucing.Dia lincah tusukan ujung kumis dalam kulitku."Kulitmu berlapis perak dan kulitmu kulepas satu persatu,kuganti kulit garam"bisiknya di telinga tapi tahukah aku telah megap-megap tertikam tajam kumis. Sebentar lagi badan tersayat-sayat lalu dia selipkan gumpal garam. "Kau tahu arti kepalsuan itu. Kau tahu segumpal garam cukup buatmu berubah" ujarnya.
Tubuh menjadi kering ditonton lalat yang datang ucapkan selamat karena aku telah menjadi bagian mereka.Tapi aku jauh dari kelengangan dan kilap matahari merajam lenggangku. Semakin ku terlupa pada baju awalku.
"Inilah kemurnian. Inilah upacara menikam lenggangmu.Kau terperangkap di keinginan matahari atas kesalahanmu" serunya lalu dia tengadah di hadap langit."Kupersembahkan buatMu sang pesakitan. Jangan Kau turunkan hujan.Sebab dia ku letakkan di atas papan" Dan aku terjemur di atas papan kayu, tertangkap matahari yang sudah lama mengintip gerakku.

Bekasi,11052009

Nurcahyani VII

Sunting aku, Nurcahyani. Meski belum tuntas kau bermesraan dengan malam.
Dan tak banyak kuambil nyala siang.
Pada pesanggrahan, yang terjemur baju pengantin.
Dan tersemat kupu-kupu merah yang masih basah.
Bersulam janur kuning di pintu. Kau pun berkerudung putih pagi.
Sedang aku berpeci hitam burgundy.
Dengan cara sederhana dan harus sederhana.
Mesti wajah orangtua ditempel di dinding kamar pengantin.
Sekali waktu disapa aroma kembang yang tumbuh dalam kamar.
Seperti menyapa penghulu yang kesepian di luar pagar.
Aku akan menyuntingmu di pagi ini, Nurcahyani.
Sebab mana mungkin menjauh darimu.
Sedang kau telah merajut gambar kelaminku di kain hijau.
Di malam itu. Lalu kau selimutkan kain di kasur tebal.
Jika begini aku akan pasang lampu 100 watt dalam kamar pengantin.
Dan bila kau nyalakan saklar. Kau tahu aku telah duduk di pinggir kasur.
Lalu kanak-kanak bersiul di luar kamar.
Kau pun malu-malu seperti perawan diterpa purnama ke-7.
Jika nanti penghulu sandingkan kau dengan aku di pinggir kasur.
Aku rindukan perkataanmu. Perkataan yang membuatku susuri selimut bergambar kelaminku...
Bekasi, 23052009

Terminal

Di bawah atap seng, kau tertidur bangku panjang
Dengan mata menyipit, samar warna lampu memekat
Tapi cemas selimutkan penantian, laksana mayat menunggu berangkat
Dalam endap malam, kau bisa mendengar
Empat lelaki berperut buncit duduk melingkar
Membanting kartu, lalu duka pengamen dentingkan pelan gitar
Dan ibu gendut yang usai gendong bayi lalu duduk mendengkur...
"Di sini, kita akan menjadi kupu-kupu, Anak muda" kata lelaki berperut buncit.
Tapi pengamen terisak, teringat bis terakhir
Airmata menggelinding di lembab lantai.Menyala.
silaukan mata empat lelaki perut buncit dan kau.
"Cuma ini yang tersisa. Bapak" seru pengamen
Mereka memungut airmata sebelum kecoa menghisap
Dikumpul di bekas koran pagi. Lalu siapkan lilin di tengah lingkaran.
Bertaruh di tiap airmata yang menjadi kupu-kupu di hari pagi
Dan malam menyimpan rahasia itu dalam atap terminal dan dengkur bis.
Kau pun ketakutan pada bayang kupu-kupu di atap bis
yang tidur bagai wajah mayat jelang pekuburannya
Rasanya kau harus kaburkan arah tujuan.
Sebab kupu-kupu akan merayu empat lelaki perut buncit
Torehkan di kaca bis garis maut. Yang telah buncitkan perut mereka
Bhttp://oase.kompas.com/read/2010/05/08/07374035/Puisi.puisi.Fitrah.Anugerahekasi, 31052009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar